The Habibillah's WebPage |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
MUTIARA HAMDALAH Hamdalah adalah istilah simpel dari lafazh "Alhamdulillah". Makna "Segala puji bagi Allah” dalam lafazh ini meniscayakan adanya kesadaran bahwa segala anugerah kenikmatan itu dari Allah, walau secara riil melalui hamba-Nya. Al-hamdulillah itu pujian dengan lisan, sedangkan syukur adalah kesadaran di dalam hati tentang adanya nikmat yang tercurah kepada kita. Hati kita sadar karena ada nikmat yang diperoleh. Kesadaran ini mendorong kita untuk memuji, seraya berkata al-hamdulillah.Bukan hanya itu, juga mendorong anggota badan kita untuk memanfaatkan nikmat yang diperoleh itu, sesuai dengan tujuan yang memberi nikmat tersebut. Contohnya, ada seseorang memberi peci kepada kita. Hati kita merasa, alangkah baiknya orang ini. Artinya, ada kesadaran dalam hati kita untuk mengakui bahwa itu adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat untuk kita. Kesadaran ini mendorong kita untuk mengucapkan terimah kasih kepadanya. Tetapi, syukur itu bukan hanya sampai di situ. Seandainya, setelah kita terima peci ini kemudian dijadikan sebagai penggosok sepatu, itu berarti kita tidak bersyukur, karena tidak sesuai dengan tujuan orang yang memberi. Kita baru dianggap bersyukur bila ada kesadaran bahwa itu adalah anugerah, seraya mengucapkan pujian, sekaligus memanfaatkan pemberian itu sesuai dengan tujuan si pemberi. Itu perbedaan antara “syukur” dan “hamdalah”. “Segala puji bagi Allah” dalam lafadz al-hamdulillah juga meniscayakan adanya kesadaran bahwa segala anugerah itu dari Allah, walau secara riil melalui hamba-Nya. Ketika ada seseorang memberikan pinjaman uang misalnya, tentu saja kita berterima kasih kepadanya. Tetapi, kita harus sadar bahwa orang itu punya uang karena anugerah Allah dan Dialah yang menggerakkan hatinya untuk memberi. Maka, wajar bila Allah yang lebih dulu dipuji. Sebab, tiada suatu kebaikanpun yang terlaksana dan terwujud di alam raya ini kecuali Allah yang memberikan kesempatan orang tersebut untuk melakukannya. Hanya saja, semua wujud ini dipelihara dan dididik oleh-Nya. Jadi, kalau ada seorang mendapat rezeki dari-Nya itu adalah bagian dari tarbiyah (pendidikan) dan pemeliharaan Allah. Begitupun, bila ada seseorang yang kena penyakit dan merasa tersiksa, itu bagian dari pendidikan Allah. Nah, di sini Allah mungkin memberi tahu kita, ketahuilah bahwasanya Tuhan itu pemelihara dan pendidik alam raya. Apapun yang datang dari-Nya, itu baik. Karena itu, segala puji bagi Allah rabb al-‘alamin. Al-‘alamin artinya makhluk-makhluk yang diciptakan Allah, yang secara garis besar bisa dibagi dua, yaitu makhluk hidup dan makhluk tidak hidup. Meja itu mahluk, tetapi dia tidak hidup. Hidup itu ditandai oleh salah satu dari tiga hal, yaitu: Pertama, memilikirasa. Kalau ada sesuatu yang merasa, itu berarti hidup; Kedua, bergerak dengan sendirinya. Kalau sesuatu tidak bergerak kecuali digerakkan, maka termasuk kategori tidak hidup; dan ketiga, mengetahui sesuatu atau memiliki pengetahuan. Semua yang hidup ini dinamai alam. Kalau dalam bahasa teologi dikatakan alam itu berasal dari Allah, tapi dalam bahasa al-Quran alam itu adalah sesuatu yang hidup, bergerak, dan merasa. Jadi, ada alam tumbuhan, alam malaikat, alam jin, alam binatang, dan alam manusia. Tetapi, tidak ada alam batu atau alam meja. Nah, semua yang hidup ini dipelihara dan dididik oleh Allah Swt, serta diarahkan untuk mencapai tujuan hidup dan kesempurnaannya masing-masing. Ar-rahman ar-rahim, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan memelihara seluruh alam raya ini atas dasar sifat rahman dan rahim-Nya. Tidak ada sedikitpun kepentingan-Nya untuk itu. Pemeliharaan Allah itu semata-mata karena Dia hendak melimpahkan rahmat-Nya kepada yang bersangkutan di dunia juga di akhirat nanti. Semua ini berbeda dengan sifat manusia. Seseorang yang punya peternakan ayam misalnya, ia memelihara ayam tersebut pasti untuk kepentingan dirinya sendiri, bukan untuk kepentingan ayam. Jadi, ar-rahman ar-rahim di sini bukan pengulangan dari bimillahirrahmanirrahim pada ayat pertama dari surat al-Fatihah. Kalau bismillahirrahmanirrahim yang pertama maksudnya sebagai pengantar pemula dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sedangkan ar-rahman ar-rahim yang mengikuti ayat al-hamdu lillahi rabbi al-’alamin di sini menjelaskan tentang tujuan pemeliharaan dan pendidikan Allah itu. Sebagaimana dijelaskan beberapa waktu yang lalu, surat al-Fatihah itu adalah induk al-Quran (ummul kitab), di mana inti semua ayat al-Quran yang lain terkandung dalam surat al-Fatihah. Karena itu, al-Fatihah dinamai juga ashhabul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang). Nah, selain surat al-Fatihah, ternyata Allah memulai suratnya dengan lafadz al-hamdulillah di empat tempat, antara lain: Pertama, pada surat al-An’am disebutkan “al-hamdu li Allâh al-ladzî khalaqa as-samâwâti wa al-ardh wa ja’ala adz-dzulumâti wa an-nûr” (Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi, serta yang menjadikan gelap dan cahaya terang). Ini isyarat nikmat Allah di dunia ini. Kedua, pada surat al-Kahfi dinyatakan “al-hamdu li Allâh al-ladzî anzala ‘alâ ‘abdihi al-kitaba wa lam yaj’al lahu ‘iwaja” (Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kitab suci al-Quran kepada hambanya dan dia tidak menjadikan di dalamnya sedikit kebengkokan). Ini nikmat Allah di dunia, tetapi bukan materi nikmat untuk jiwa. Ketiga, pada surat Fathir dijelaskan “al-hamdu li Allâh fâthiri as-samâwâti wa al-ardhi jâ’ili al-malâikati rusulan ulî ajhinatin matsnâ wa tsulâtsa wa rubâ’” (Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi, serta menjadikan para malaikat sebagai utusan, ada yang bersayap dua, tiga, dan empat). Ini isyarat tentang diciptakannya makhluk nanti di hari kemudian. Keempat, pada surat Saba’ dinyatakan “al-hamdu li Allâh al-ladzî lahû mâ fî as-samâwâti wa mâ fi al-ardhi wa lahû al-hamdu fi al-âkhirah” (Segala puji bagi Allah yang memiliki segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan bagi-Nyalah segala puji di akhirat). Ayat ini mengisyaratkan nikmat yang akan diperoleh kelak di hari kemudian. Jadi, walaupun kita tidak bisa merinci banyaknya nikmat Allah, tetapi kita bisa membagi nikmat Allah itu menjadi empat, yaitu: Nikmat yang mewujudkan kita di dunia, nikmat yang memberikan kita petunjuk di dunia (al-Quran), nikmat di mana kita dihidupkan dan dilayani malaikat di akhirat; dan nikmat berupa syurga dan segala kenikmatannya di akhirat. Itulah beberapa kategori nikmat Allah yang diberikan kepada kita. “Segala puji bagi Allah”. Sumber : Disunting dari buku "Perjalanan Menuju Keabadian" karya M. Quraish Shihab, terbitan Lentera Hati, Jakarta, Februari 2004 .
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|